Di zaman serba digital ini, pergaulan anak bukan lagi hanya di taman bermain atau sekolah. Sekarang, teman-teman mereka bisa hadir lewat layar—lewat game, media sosial, bahkan tontonan yang tak selalu bisa kita kontrol. Maka pertanyaannya, apa yang bisa Abu-Ummu lakukan?

Dunia Anak Kini Tak Lagi Sama

Anak-anak kita tumbuh dalam dunia yang penuh distraksi. Satu klik bisa membawa mereka pada konten yang tak sesuai usia, atau bahkan membuka jalan pada pergaulan yang jauh dari nilai Islam. Di sinilah peran Abu dan Ummu menjadi sangat penting: bukan hanya sebagai pengawas, tapi juga sebagai penuntun dan teladan.

Orang tua bukan hanya pencari nafkah, tapi pendidik pertama dan utama. Ketika anak lebih mengenal tokoh di dunia maya daripada kisah para Nabi, saat itulah kita perlu merenung. Siapa yang lebih dekat ke hati anak—kita, atau dunia digital?

“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.”

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
(HR. Bukhari no. 893, Muslim no. 1829)

Hadir Sebagai Sahabat, Bukan Sekadar Pengatur

Anak-anak butuh ruang untuk bercerita. Jangan biarkan mereka mencari “tempat aman” di luar, karena mereka merasa tidak dimengerti di rumah. Jadilah pendengar. Jadilah teman. Jadilah panutan dalam setiap laku. Karena apa yang anak lihat dari Abu-Ummu, itulah yang mereka tiru.

Kadang anak tak butuh nasihat panjang lebar. Mereka hanya butuh kita duduk di sebelahnya, mendengarkan, dan mengajaknya kembali pada fitrah—dengan cinta, bukan amarah.

Bahaya Pergaulan Digital Tanpa Arahan

Media sosial, tontonan bebas, pergaulan terbuka—semua itu bukan hanya membuat anak kehilangan adab, tapi juga kehilangan arah. Satu komentar buruk bisa melukai hatinya, satu video bisa merusak cara pandangnya. Tanpa bimbingan, dunia digital bisa lebih tajam dari senjata.

Inilah mengapa kita tak bisa hanya pasrah dan berkata “zaman sudah berubah.” Karena orang tua shalih tak pernah menyerah pada zaman—mereka mendidik dengan iman.

Bekali dengan Lingkungan yang Menanamkan Iman

Salah satu bekal terbaik adalah lingkungan yang Islami, di mana akhlak dan adab diajarkan sejak kecil. Memilih sekolah Islam terbaik menjadi bagian dari ikhtiar itu. Bukan sekadar unggul dalam akademik, tapi juga kuat dalam akidah dan sunnah.

قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
مَا نَحَلَ وَالِدٌ وَلَدَهُ نَحْلًا أَفْضَلَ مِنْ أَدَبٍ حَسَنٍ
“Tidak ada pemberian terbaik yang diberikan orang tua kepada anaknya selain adab yang baik.”
(HR. Tirmidzi no. 1952)

Lingkungan sekolah yang tepat akan membentuk pribadi yang tidak hanya cerdas, tapi juga takut kepada Allah, taat kepada orang tua, dan berakhlak mulia. Maka memilih sekolah sunnah di Pekanbaru adalah langkah strategis yang bukan hanya mengarahkan masa depan anak, tapi juga akhiratnya.

Mari Memilih yang Menguatkan

Di tengah gempuran zaman, Abu-Ummu tetap punya kendali. Bekali anak dengan iman, adab, dan lingkungan yang membentuk mereka menjadi pribadi yang shalih dan tangguh. Salah satu langkah nyatanya adalah dengan memilih sekolah pilihan yang berlandaskan Al-Qur’an dan Sunnah.

Karena pada akhirnya, anak-anak ini bukan milik kita sepenuhnya. Mereka adalah amanah dari Allah, yang kelak akan menjadi pemberat timbangan kebaikan… atau sebaliknya, jika kita lengah dalam mendidiknya.